

Juga ternyata sekarang aku merasa kehilangan raksasa-raksasa romantis seperti yang disebut di awal. Kehilangan kisah bagaimana sang Kopral kecil dari Bavaria, mas Hitler, bisa menjelma menjadi seorang Fuhrer. Kehilangan kisah bagaimana seorang bekas penjaga perpustakaan, oom Mao, bisa membawa satu juta manusia berjalan kaki sejauh 1000 km sambil dikejar-kejar brother Chiang Kai Sek. Bagaimana seorang anak muda pemimpi dan suka mabuk-mabukan bisa menciptakan suatu paham yang sempat mencemaskan dunia, ah siapa lagi kalau bukan bung Marx. Bagaimana sang pemimpin negara bisa membunuh istrinya sendiri karena mengkritik dirinya di muka forum, so pasti itu kelakuan kang Jugas Villi. Bingung, itu tuh nama asli Joseph Stalin.

Sekarang kita lebih terpikat oleh raksasa-raksasa yang bernama Microsoft, Freeport, Shell, Telkomsel, Indosat dan macam-macam remeh temeh lainnya. Yang disebut raksasa adalah sesuatu yang sukses menghasilkan laba besar, uang banyak dan bukan pemikiran besar. Kita sekarang berada di dalam dunia raksasa-raksasa kaku dan beku tanpa sentuhan emosi. Ataukah waktu nanti akan membentuk seorang Mandela, Bush, Ahmadinejad, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY bahkan Bunga Citra Lestari menjadi raksasa-raksasa baru? Kalau ya, ah ternyata aku pernah hidup sejaman dengan raksasa-raksasa itu, walau terlihat agak kurang menggemparkan sosoknya di mataku.