Label

Jumat, 05 Agustus 2011

Lalu Lintas Bandung, Lalu Lintas Neraka

Kota Bandung mempunyai jumlah penduduk yang besar dalam luasan wilayah yang kecil. Kota ini pada akhir pekan dan liburan sekolah banyak didatangi wisatawan, khususnya wisatawan lokal. Tetapi selain daya tarik wisata, Bandung juga terkenal dengan kepadatan lalu lintasnya. Jalan-jalan yang sempit dan melingkar-lingkar, pedagang kaki lima dan Mall bercampur baur dengan merdeka.

Ada beberapa hal yang dapat diidentifikasi sebagai akar permasalahan di atas, antara lain :

Perencanaan awal kota yang tidak memungkinkan untuk adanya pelebaran jalan secara ekstrim. Jika dipaksakan ada pelebaran maka kemungkinan akan terjadi penyatuan dua ruas jalan. Sebab pada beberapa wilayah jarak antara dua ruas jalan seringkali sangat dekat, seperti jalur utama Jl. Asia Afrika yang diapit oleh Jl. ABC dan Jl. Dalem Kaum – Jl. Cibadak. Maka pelebaran Jl. Asia Afrika secara ekstrim akan membuatnya bersatu dengan Jl. ABC dan atau Jl. Dalem Kaum.

• Pembagian zona kegiatan yang tidak terencana, pencampuran antara pemukiman (zona bangkitan) dan ekonomi (zona tarikan). Ini akibat kemerdekaan membangun tempat usaha apapun di wilayah manapun di kota ini sangat didukung oleh pihak Pemerintah Kota. Daerah Dago yang dahulu merupakan pemukiman kini menjadi daerah perdagangan, sedang di daerah Cicadas yang dulu daerah perdagangan justru dibangun apartemen yang fungsinya adalah tempat bermukim.

• Ketersediaan sarana pendukung lalu lintas yang buruk, seperti lahan parkir yang sedikit, trotoar untuk pejalan kaki yang nyaris tidak ada, saluran drainase yang juga nyaris punah juga menambah persoalan di saat hujan turun. Hal yang tampak jelas di Jl. Cihampelas, dimana terjadi perebutan fungsi lahan antara tanaman pelindung, pejalan kaki, jalur sepeda motor, tempat parkir mobil, tempat berdagang PKL dan jika hujan perebutan fungsi ditambah lagi oleh selokan air.

• Berlimpahnya daya tarik kota Bandung, mulai dari hawa yang relatif lebih bersahabat, tempat pendidikan, tempat usaha sampai tempat wisata. Maka dapat dibayangkan lalu lintas Jl. Ganesya di hari Sabtu, kendaraan mahasiswa ITB yang hendak kuliah bercampur dengan kendaraan wisatawan yang mencari parkir untuk menunggang kuda di Taman Ganesya. Sementara lahan parkir dan trotoar sudah terlebih dahulu dikuasai oleh pedagang VCD dan penjual makanan, belum lagi bila di Mesjid Salman ada kegiatan.

• Sebagai pelengkap dari menu 4 semrawut 5 sempurna adalah daya nalar pihak Pengelola Kota Bandung yang dari tahun ke tahun tidak mengalami peningkatan bahkan semakin memburuk. Pemerintah Kota tidak banyak memperhatikan hal selain meningkatnya pemasukan dari usaha-usaha yang dijalankan masyarakatnya. Jadi selama itu berdampak positif terhadap pendapatan maka sangat besar kemungkinannya usaha “apapun” disetujui keberadaannya.


Nah, secara garis besar hal-hal tersebut di ataslah yang merupakan penyumbang terbesar terjadinya Lalu Lintas Neraka di Kota Bandung. Jadi, anda ingin menyumbang? Kalau berminat, kami nanti kehadiran anda di akses keluar Tol Pasteur pada hari Sabtu sore. Sampai jumpa...

Tidak ada komentar: