Label

Sabtu, 23 Juli 2011

bumi sudah tua (1)

Berbagai kejadian akhir-akhir ini mengisi berita di keseharian kita, nasional maupun internasional. Berita internasional yang cukup meresahkan antara lain adalah rentetan penggulingan rezim penguasa nun jauh di wilayah semenanjung Afrika sampai Arab. Umumnya dipicu oleh terlalu lamanya seorang pemimpin berkuasa, diawali dengan penggulingan penguasa Tunisia Ben Ali (jangan dianggap sebagai nama grup Band ataupun judul film Hollywood seperti Ben Hur) yang kemudian merembet ke arah Mesir dengan pemimpinnya Hosni Mubarak (padahal mubarak mupipis kan terserah dia sendiri lah). Saat ini semangat penggulingan penguasa menular ke negara-negara tetangga mereka seperti Libya (dari grup vokal Libya-Imaniar), Maroko (hal yang sudah diperingatkan oleh pemerintah, karena Maroko dapat menyebabkan impotensi, gangguan jantung dan paru-paru) dan negara lain-lain.

Semua gerakan tersebut didasari oleh ketidak-puasan sebagian besar rakyat atas ketimpangan yang tajam, di bidang ekonomi maupun sosial, yang mereka alami dibandingkan sebagian kecil kelompok yang lebih beruntung dalam penghidupannya. Kondisi ini ditambah-tambahi pula oleh perlakuan aparat hukum yang jauh berbeda antara, istilah klasiknya, si kaya dan si miskin. Kalau anda tak punya uang dan dianggap bersalah maka hukum akan menyalak tegas, tetapi bila anda punya uang walaupun ketahuan bersalah ya bisa nego lah. Kesama-rataan di muka hukum, secara nyaris merata di seluruh dunia, adalah dongeng belaka. Karena itu celakalah hai kau orang-orang yang tak ber-uang.

Sesungguhnya kondisi ini telah tersebar merata di seluruh permukaan bumi, Eropa, Asia, Amerika, Australia , Afrika dan wilayah-wilayah lain. Bukan hanya di daerah Timur Tengah (kalau dari negara kita mungkin lebih cocok disebut Barat Tengah alias BeTe) sebagaimana contoh di atas. Hanya saja di wilayah lain emosi rakyat sedikit terselamatkan dengan adanya katup pengaman berupa pergantian pemimpin secara berkala, seperti Pilpres di Indonesia yang setiap 5 tahun sekali. Jadi mata dan telinga rakyat tidak terlalu jenuh untuk melihat dan mendengar wajah dan nama yang sama selama puluhan tahun (kitapun pernah akrab selama puluhan tahun dengan nama-nama Presiden Sukarno dan Presiden Suharto). Tetapi pada dasarnya semua pergantian pemimpin itu tidak banyak merubah penghidupan sehari-hari mayoritas rakyat. Pokoknya “Nu ngampar, ngampar... nu nabeuh, nabeuh. Nu Lapar, lapar... nu seubeuh, seubeuh....”, semua persis sama seperti pemimpin sebelumnya.

Tidak ada komentar: