Label

Jumat, 15 Juli 2011

Gajah Mada?.... :-) 3

Setelah berhasil menghalangi penyatuan "Rama" Sri Baduga Maharaja dan "Ratu" Hayam Wuruk yang ditandai dengan matinya Citraresmi berupa Pitaloka/ Pataka, maka Hajj Al Ahmad terus membangkitkan semangatnya dalam menyebarkan ajarannya. Cita-citanya tidak lagi terbatas pada wilayah Jawa saja, melainkan untuk menyebar ke seluruh wilayah Nusantara. Ini dituangkan dalam suatu statement yang dikenal sebagai "Sumpah Al Mukhti wal Affah" yang artinya adalah berani untuk menjauhi hal-hal yang haram.

Dalam lidah pribumi statement "Al Mukhti wal Affah" kemudian dikenal sebagai sumpah "Amukti Palapa". Sumpah Palapa adalah suatu pernyataan/ sumpah yang dikemukakan oleh Hajj Al Ahmad/ Gajah Mada pada upacara pengangkatannya menjadi Patih Amangkubhumi Majapahit, tahun 1258 Saka (1336 M).

Sumpah Palapa ini ditemukan pada teks Jawa Pertengahan Pararaton, yang berbunyi,

"Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, TaƱjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa."

Terjemahannya,

"Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa."

Maka sejak itu haluan kerajaan Nusantara dalam sosok kerajaan Majapahit mulai berubah. Untuk sesaat perubahan ini memberikan kebesaran yang ditandai dengan ekspedisi-ekspedisi ekspansi pada seluruh wilayah. Tetapi tanpa dasar yang kukuh maka pada akhirnya kebesaran yang cenderung bersifat "one man show" mulai runtuh setelah Hayam Wuruk meninggal. Setelah meninggalnya sang raja, Hajj Al Ahmad yang mungkin merasa terancam setelah kehilangan pelindungnya diam-diam menghilang. Dalam kitab-kitab hal ini digambarkan secara sopan dengan kata "Moksa".

Dan akhir kisah, Sirna Hilang Kerta ning Bumi (1400 Saka atau 1478 Masehi), berakhirlah riwayat salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara.

Salam....

Tidak ada komentar: